Memberi dan Menerima (1)
KITA hidup dalam dunia yang penuh dengan paradoks. Dan salah satu paradoks yang terbesar adalah bagaimana “Memberi” merupakan katalisator dari “Menerima”
Dengan lain kata, tindakan untuk Memberi, sebenarnya mengesahkan bahwa kita terbuka untuk Menerima.
Karena Memberi dan Menerima merupakan satu bagian yang sama dari suatu lingkaran yang lebih besar. Dan dalam lingkaran ini, kita secara alami akan Menerima lebih banyak dari apa yang kita pernah Memberi.
Adalah suatu kebenaran bahwa alam semesta ini selalu menyediakan untuk kita segala sesuatu yang berkelimpahan untuk dapat kita Berikan. Dan semakin hal itu menjadi suatu kegemaran dan suatu kebiasaan untuk Memberi, semakin besar kepastian bahwa kita akan Menerima.
Pernahkah setangkai bunga kekurangan cahaya surya untuk mengubah sinarnya menjadi segala sesuatu yang memberi hidup?
Pernahkah seekor lebah kekurangan serbuk sari untuk mengubahnya menjadi madu yang manis?
Namun, lebah tidak membawa serbuk sari dari bunga yang satu ke bunga yang lain dengan tujuan lain dari pada apa yang dilakukannya selama ini.
Dan bunga tidak memberikan serbuk sarinya kepada lebah ataupun bau harumnya kepada udara untuk tujuan yang lain pula.
Melainkan, baik lebah maupun bunga melakukan apa yang mereka sudah terbiasa dan wajar melakukannya, dan dengan demikian mereka menciptakan suatu ritme yang berkesinambungan.
Nah, bukankah bagimu sesuatu yang alami dan wajar, untuk Memberi?
Apakah kita tidak merasa sesak dalam dada kita – dalam jiwa kita – bila kita menolak sesuatu yang sebenarnya merupakan sesuatu yang wajar dan alami untuk membagi dengan orang lain?
Dan apakah melepas rasa sesak tadi bukankah merupakan kunci untuk kita, guna mulai menerima kekayaan yang lebih besar… dan kesehatan yang bahkan lebih besar lagi?
Apa yang dapat kita berikan?
Apakah kita pernah kehabisan senyum yang ramah?
Apakah kita pernah kehabisan kata-kata yang penuh kasih sayang?
Apakah kita pernah kehabisan perbuatan-perbuatan yang baik?
Sungguh, tidak ada sesuatu yang dapat memberikan kepada kita kuasa yang lebih besar dari pada Pemberian akan dirimu – apakah itu sebuah senyum, kata yang ramah, suatu perbuatan yang baik atau bahkan sebagian dari apa-apa yang kita miliki
Allahku akan memenuhi segala keperluanmu menurut kekayaanNya dan kemulianNya dalam Kristus Yesus.
(Filipi 4:19)
Kutipan Mimbar
"For it is in giving that we receive - Karena dalam memberilah kita menerima." - St. Francis of Assisi (1182-1226)
Karena seseorang yang telah menjadikan pengucapan syukur jalan hidupnya, doa paginya menjadi, "Ya Tuhan, apa yang akan Engkau berikan hari ini untuk dipersembahkan kembali kepada-Mu? - Elisabeth Elliott
-------------------------------
Memberi dan Menerima (2)
MENABUR kebaikan merupakan hal yang patut dilakukan kepada sebanyak mungkin pihak, agar sementara waktu berjalan, kebaikan itu terus “mengalir” dan kita dapat turut mewarnai dunia sekitar kita dengan kebaikan dan kasih.
Kita tidak tahu apa yang bakal terjadi, kita tidak boleh menunda berbuat kebaikan - kebaikan tanpa pilih-pilih.
Kita menabur kebaikan bukan supaya mengharapkan pahala. Kebaikan kita adalah batu nisan kita yang paling baik, kata Spurgeon. Lagi pula, seperti kata bijak yang mengatakan, “What this world needs is a new kind of army - the army of the kind” – Apa yang dibutuhkan dunia adalah suatu jenis pasukan - pasukan kebaikan.
Namun, juga tidak disangkal dan menjadi pengalaman nyata kita, ada kalanya kebaikan itu bisa “kembali” kepada kita yang sudah memulainya. Bisa segera terjadi, atau lama sesudah kita menabur kebaikan tersebut. Seperti kisah dibawah ini – yang pasti bukan sekedar kebetulan.
Sudah cukup lama seorang nenek melambai tangan di pinggir jalan, di sebuah malam yang hujan. Akhirnya, seorang pria mau berhenti. Si nenek meminta tolong agar pria tadi memperbaiki mobilnya yang mogok. Sejam berlalu dan mobil itu siap dipakai lagi. Merasa sangat berterima kasih, si nenek hendak memberi sejumlah uang. Akan tetapi, pria itu menolak. Katanya, “Jika Ibu ingin berterima kasih, berikanlah kebaikan kepada orang lain yang Ibu temui sambil mengingat pertemuan kita ini.” Lalu, mereka berpisah.
Suatu hari, karena tergerak oleh belas kasih si nenek memberi uang kepada seorang pelayan restoran yang sedang hamil beserta catatan kecil, “Aku telah menerima kebaikan pada suatu malam yang hujan.” Dan, ……….. perempuan hamil itu adalah istri pria tadi.
----------
Kutipan
How beautiful a day can be When kindness touches it! -Betapa indah jadinya hari bila kebaikan menyentuhnya! - George AllistonSumber